Sejarah Tradisi Perayaan Hari Raya Imlek

GONG XI FAT CAI

Sin Cia atau Imlek yang di rayakan oleh keturunan tiong hoa merupakan sebuah perayaan yang penting bagi warga keturunan Tionghoa. Pada tahun 2016 ini, perayaan Imlek jatuh pada tanggal 8 Februari berarti telah di mulainya awal “Tahun Monyet.”

Indonesia yang di kenal sebagai negara BHINEKA TUNGGAL IKA 

Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku dan juga mempunyai bermacam-macam tradisi dan budaya masing-masing, dan juga memilik bermacam-macam agama dan juga kepercayaannya masing-masing. oleh karena itu untuk menghormati dan menghargai suku tionghoa pemerintah Indonesia menetapkan tahun baru Imlek sebagai hari libur nasional berdasarkan Keppres No. 19/2002 dan telah di resmikan oleh pemerintah Indonesia sebagai hari libur nasional sejak tahun 2003. Selain di Indonesia, tahun baru Imlek juga diperingati sebagai hari libur nasional di Brunei, Filipina, Korea, Malaysia, Mauritius, Singapura, Tiongkok, Thailand dan Vietnam.

Tahun baru Imlek biasanya dirayakan selama 15 hari oleh umat Buddha. Pada hari raya Imlek, bagi warga Tionghoa adalah suatu keharusan untuk melaksanakan pemujaan kepada para leluhur, seperti halnya dalam upacara kematian, memelihara meja abu atau ling wei (lembar papan kayu bertuliskan nama almarhum leluhur), dan sembahyang leluhur pada hari “Ceng Beng” (hari khusus untuk berziarah dan membersihkan kuburan leluhur). Oleh sebab itu, pada saat Imlek anggota keluarga akan mengunjungi rumah anggota keluarga yang memelihara ling wei (meja abu) leluhur untuk bersembahyang, atau mengunjungi rumah abu tempat penitipan ling wei leluhur.

Kata Imlek (Im=bulan, Lek=penanggalan) berasal dari dialek Hokkian atau bahasa Mandarin-nya Yin Li yang berarti kalender bulan (Lunar New Year).

Permulaan suatu tahun untuk sebuah perayaan masih belum jelas ketika jaman sebelum masa Dinasti Qin. Semasa Dinasti Xia, awal tahun bermula pada bulan 1, bulan 12 semasa Dinasti Shang dan pada masa Dinasti Zhou jatuh pada bulan 11.

Bulan kabisat yang biasa dipakai untuk menentukan kalender Tionghoa sejalan dengan orbit matahari, dan selalu ditambah setelah bulan 12 sejak Dinasti Shang. Kaisar pertama China, Qin Shi Huang, kemudian menetapkan bahwa pergantian tahun menurut suku Tionghoa berawal di bulan 10 pada 221 SM. Akhirnya penetapan awal tahun jatuh pada bulan 1 setelah ditetapkan oleh Kaisar Wu yang memerintah semasa Dinasti Han pada 104 SM.

Sebagai penghormatan kepada Kong Fuzi karena telah mencanangkan sistem penanggalan Dinasti Xia, tahun baru pertama Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahirannya oleh Kaisar Han Wudi. Oleh sebab itu, sistem penanggalan ini dikenal juga sebagai Kongzili, yaitu dimana tahun baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu.

Pada tahun 1968-1999, perayaan tahun baru Imlek di Indonesia dilarang oleh pemerintah Indonesia untuk dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto melarang segala hal yang berbau Tionghoa, di antaranya Imlek.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia baru kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri mulai tahun 2003.

untuk merayakan dan memeriahkan hari raya Imlek, berbagai perusahaan atau organisasi mengadakan berbagai macam hiburan berupa pertunjukan barongsai dan promosi yang biasanya hanya mereka lakukan ketika perayaan ini berlangsung. Misalnya saja beberapa restoran fastfood yang merilis menu khusus yang hanya keluar selama hari perayaan Imlek, festival musik dan hiburan pun tidak lepas sebagai bentuk kemeriahan Imlek.

Salam Jitupoker.com